Jumat, 18 Juli 2008

Kemiskinan Berbalut Kemewahan

hidup bagai bayang-bayang yang selalu mengintai

setiap jiwa yang berkelana

wajah-wajah polos yang berkeliaran

disetiap jalan-jalan yang dipenuhi debu-debu penderitaan

dengan bermodal kemucing tersapulah debu-debu jalanan yang menempel

pada setiap kendaraan yang melintas

sepersen demi sepersenpun dikumpulkan

dengan harapan akan menggunung tinggi

namun raut wajah yang polos

menahan panasnya terik, yang selalu menjadi teman hidupnya

jari-jari lentikpun kian cekatan menyapu

rasa letih hilang begitu saja demi koin yang didapatkan

lalu lalang kendaraan yang melintas pada lampu lalu lintas

menambah semangat para pengemis-pengemis jalanan

oh…negriku

kian lama kian bertambah para penggangguran yang siap terjun kejalan

untuk meraih dan mendapatkan sepeser koin kemurahan

mengumpulkan para donator kebaikan

yang kaya semakin kaya

yang miskin semakin miskin

apa ini yang namanya hidup?

Wahai para penguasa yang berbalut kemewahan

Wahai para pengemis-pengemis berdasi

Wahai para elit politik

Sampai kapan negri in berada dalam baying-bayang kehancuran

Dalam baying-banyang kemunafikan pribadi-pribadi penguasa

Dalam lantunan suara keindahan penguasa

Yang menina bobokan rakyatmu

Tiadakah mata yang bisa melihat baying-bayang kehancuran

Yang siap menerkam negri ini

Tiadakah telinga yang mampu mendengar jerit tangis para bayi-bayi mungil

Yang setiap saat maut menjemputnya

Tiadakah lagi hati yang mampu membaca setiap gerak kehidupan ini

Apakah berada pada kebenaran atau kebatilan

Wahai para jiwa yang bertengger dalam setiap pribadimu

Tidak adakah yang mampu membuat mu menangis

Tiadakah yang mampu membuatmu terenyuh dengan penderitaan rakyatmu

Tiadakah lagi cahaya yang menyinari hidup

Tidak ada komentar: