setiap jiwa yang berkelana
wajah-wajah polos yang berkeliaran
disetiap jalan-jalan yang dipenuhi debu-debu penderitaan
dengan bermodal kemucing tersapulah debu-debu jalanan yang menempel
pada setiap kendaraan yang melintas
sepersen demi sepersenpun dikumpulkan
dengan harapan akan menggunung tinggi
namun raut wajah yang polos
menahan panasnya terik, yang selalu menjadi teman hidupnya
jari-jari lentikpun kian cekatan menyapu
rasa letih hilang begitu saja demi koin yang didapatkan
lalu lalang kendaraan yang melintas pada lampu lalu lintas
menambah semangat para pengemis-pengemis jalanan
oh…negriku
kian lama kian bertambah para penggangguran yang siap terjun kejalan
untuk meraih dan mendapatkan sepeser koin kemurahan
mengumpulkan para donator kebaikan
yang kaya semakin kaya
yang miskin semakin miskin
apa ini yang namanya hidup?
Wahai para penguasa yang berbalut kemewahan
Wahai para pengemis-pengemis berdasi
Wahai para elit politik
Sampai kapan negri in berada dalam baying-bayang kehancuran
Dalam baying-banyang kemunafikan pribadi-pribadi penguasa
Dalam lantunan suara keindahan penguasa
Yang menina bobokan rakyatmu
Tiadakah mata yang bisa melihat baying-bayang kehancuran
Yang siap menerkam negri ini
Tiadakah telinga yang mampu mendengar jerit tangis para bayi-bayi mungil
Yang setiap saat maut menjemputnya
Tiadakah lagi hati yang mampu membaca setiap gerak kehidupan ini
Apakah berada pada kebenaran atau kebatilan
Wahai para jiwa yang bertengger dalam setiap pribadimu
Tidak adakah yang mampu membuat mu menangis
Tiadakah yang mampu membuatmu terenyuh dengan penderitaan rakyatmu
Tiadakah lagi cahaya yang menyinari hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar